Satu-satunya karya non-fiksi Pramoedya semasa tahanan di Buru, bukan novel. Buku ini merupakan kumpulan catatan berisi surat-surat pribadi kepada anak-anaknya yang tak pernah terkirim, juga esai-esai, terutama sangat mencengkam adalah renungannya yang tajam merekam apa yang dialami sebagai pribadi, sebagai suami dan ayah, sebagai pengarang dan tahanan politik rezim militerisme.
Incredible, nekat, aneh, ngawur dan luar biasa. Haji Darat di zaman sekarang bak sebuah mimpi. Penuh warna. Ramai dengan tantangan yang sulit dibayangkan. Sungguh, tidak perlu mengikuti jejak Penulis kecuali Anda seorang wartawan atau petualang sejati. Cukuplah Anda membaca buku ini saja.
Sebagai buku Pram pertama saya, Gulat Di Jakarta berhasil membuka mata dan hati tentang cara memaknai hidup dengan sederhana. Berulang kali Pram menegaskan kejujuran sebagai nilai yang menjadi landasan manusia menjalani kehidupan. Bukan hanya sekadar untuk hidup, melainkan untuk mencapai ketenangan jiwa dan raga itu sendiri. Pram membawakan buku ini dengan narasi yang ringan ditambah latar yang…
Midah, pada awalnya berasal dari keluarga terpandang dan beragama. Karena ketidakadilan dalam rumah, ia memilih kabur dan terhempas di tengah jalanan Jakarta tahun 50-an yang ganas. Ia tampil sebagai orang yang tak mudah menyerah dengan nasib hidup, walaupun ia hanya seorang penyanyi dengan panggilan “si manis bergigi emas” dalam kelompok pengamen keliling dari satu resto ke resto, bahkan d…
Buku ini memuat delapan cerita yang ditulis oleh empat penulis: F. Wingger (Dari Boedak Sampae Djadi Radja), Tio Ie Soei (Pieter Elberveld), F.D.J Pangemanann (Tjerita Rossiana dan Tjerita Si Tjonat), G. Francis (Tjerita Njai Dasimah), dan H. Kommer (Tjerita Kong Hong Nio dan Tjerita Nji Paina). Kesemua cerita ini ditulis dalam bentuk bahasa Melayu-pasar, yang oleh manusia-manusia Orde Baru …
Perjalanan seorang anak revolusi yang pulang kampung karena ayahandanya jatuh sakit. Dari seputaran perjalanan itu, terungkap beberapa potong puing gejolak hati yang teka pernah teranggap dalam gebyar-gebyar revolusi. Dikisahkan bagaimana keperwiraan seseorang dalam revolusi pada akhirnya melunak ketika dihadapkan pada kenyataan sehari-hari: ia menemukan ayahnya yang seorang guru yang penuh …
Novel ini merupakan hasil "reportase" singkat Pramoedya di wilayah Banten Selatan yang subur tapi rentan dengan penjarahan dan pembunuhan. Tanah yang subur tapi masyarakatnya miskin, kerdil, tidak berdaya, lumpuh daya kerjanya. Mereka diisap sedemikian rupa. Mereka dipaksa hidup dalam tindihan rasa takut yang memiskinkan. Tubuh boleh disekap, ditendang, diinjak-injak, tapi semangat hidup tak…
Buku ini disusun sebagai usaha kecil menggarisbawahi bagaimana nama Pramoedya Ananta Toer tak pernah habis. Banyak suara dan kesaksian yang terangkum. Ditulis dari pelbagai penjuru pandangan. Pram selalu punya pembaca yang fanatik, pemerhati yang tekun, dan sekaligus lawan-lawan teks maupun lawan atas politik kebudayaan yang sudah dipilihnya dengan sikap yang penuh tanggung jawab. Demikia…