“Kajian Sudarmoko tentang Roman Pergaoelan yang dianggap sebagai roman picisan saya anggap berani. Koko berani menantang arus pemikiran yang menguasai dunia sastra kita”. Umar Junus Di tengah arus deras pembicaraan sastra Indonesia yang lebih menumpukan diri pada tonggak-tonggak sastra yang dibangun oleh pandangan dan pengaruh kanonisasi dalam kajian dan kritik sastraIndonesia, buku ini …
Anda akan mudah meraih ketrampilan itu kalau tahu perspektif yang tepat untuk mendekatinya. Dan buku ini memang ditulis untuk itu. Dengan gaya penulisan yang provokatif motivasional, penulis membeberkan rahasia dari pengalaman nyata, yang membuatnya menjadi pengarang produktif, bahkan beberapa di antaranya masuk kategori best-seller. Ini merupakan rekor tersendiri yang memberikan kredibilitas t…
Mengarang, bisa dilakukan anak-anak, remaja, orang tua, bahkan pensiunan. Seperti naik sepede atau berenang, sekali menguasai bia seterusnya. Tak akan lupa, atau menjadi tak bisa. Yang diperlukan hanyalah mengenal unsur-unsur dalam mengarang: ide atau ilham, cara menyusun, menggambarkan tokoh. Selebihnya latihan. Rasanya, asal bukan buta huruf total, semua orang bisa mengarang. Mengarang jug…
Sebelum menulis novel panjang Mayon Soetrisno banyak menulis cerpen yang memikat. Berbagai sayembara cerpen dimenangkannya. Sebagian cerpen dikumpulkan di buku ini, terutama cerpen-cerpen yang memiliki tema sosial politik
Memahami proyek pembangunan jembatan di sebuah desa bagi Kabul, seorang insinyur yang mantan aktivis kampus, sungguh suatu pekerjaan sekaligus beban psikologis yang berat. “Permainan” yang terjadi dalam proyek itu menuntut konsekuensi yang pelik. Mutu bangunan menjadi taruhannya, dan masyarakat kecillah yang akhirnya menjadi korban. Akankah kabul bertahan pada idealismenya? Akankah jembatan…
Buku ini dianjurkan bagi pembaca yang ingin mengetahui dan mempelajari karya pengarang-pengarang Indonesia yang giat pada tahun 50-an. Buku ini juga bicara soal karya-karya Muhammad Ali, Ajip Rosidi, Toto Sudarto Bachtiar, Alex Leo, A. A. Navis, Nh. Dini, Toha Mohtar, Trisnoyuwono, dan Riyono Pratikto. Dalam buku ini, penulis membantah bahwa tak ada krisis dalam kesusasteraan Indonesia Modern.