Buku ini bercerita tentang masa kejayaan perkebunan karet di Deli yang disusul dengan krisis sekitar tahun 1930 yang mematikan banyak karier. Suatu pelukisan yang polos dan tajam dari kebengisan kapitalisme kolonial yang pernah bercokol di salah satu pojok tanah air.
“Sebelum revolusi, dia calon rahib. Selama revolusi, dia komandan kompi. Diakhir revolusi, dia algojo berdarah dingin. Sesudah revolusi, dia masuk rumah sakit jiwa!” Pembukaan novel yang mencekam seperti itu, sampai dengan tahun 1960 silam, merupakan pembukaan novel yang khas milik Iwan Simatupang. Pembukaan novel yang padat, penuh dengan pandangan-pandangan hidupnya. Ini juga yang menja…
Robert Langdon menerima telepon misterius yang mengundangnya ke Museum Louvre Paris pada tengah malam. Sesampai di sana, yang ditemui Langdon adalah mayat telanjang sang kurator museum dengan posisi dan tato aneh di perutnya. Langdon terkejut ketika menyadari bahwa teka-teki itu mengarah ke misteri terbesar sepanjang sejarah yang petunjuknya tersembunyi dalam karya-karya Da Vinci. Misteri te…
Di jalanan ini, anak-anak miskin berjaja diri, kami bukan Semar mendem, bagi kami Semar mendem hanyalah jajan. Dulu Semar mendem ini kami buat sendiri, sekarang dari orang kaya jajan ini harus kami beli, kami hanyalah penjaja jajan Semar mendem, orang-orang kaya itulah Samar mendemnya. Selama ini Semar adalah hamba yang merunduk tunduk bersujud, namun sebenarnya in adalah manusia yang menahan k…
Cerita dalam novel ini murni fiksi, namun mengambil latar yang memang ada dalam dunia nyata. Gunung Kemukus adalah lokasi makam Pangeran Samudro dan Nyai Ontrowulan di Kab. Sragen, Jawa Tengah. Lokasi ini dijadikan tempat ziarah untuk mencari kekayaan oleh sebagian masyarakat Jawa. Caranya dengan datang ke sana tiap malam Jumat Pon selama 7 kali. Di sana, harus mandi di Sendang Ontrowulan, ziar…