Buku ini merupakan jilid kedua dari seri kronik tentang Revolusi Indonesia, 1945-49. Seri ini dirancang untuk meliput semua peristiwa yang menjadi berita pada lima tahun pertama Indonesia merdeka. Itu berarti tidak hanya peristiwa politik dan militer, tetapi juga ekonomi, hukum, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, agama, dll., yang biasa diistilahkan dengan bidang cultural universals. S…
Buku ini merupakan jilid ketiga dari seri kronik tentang Revolusi Indonesia, 1945-49. Seri ini dirancang untuk meliput semua peristiwa yang menjadi berita pada lima tahun pertama Indonesia merdeka. Itu berarti tidak hanya peristiwa politik dan militer, tetapi juga ekonomi, hukum, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, agama, dll., yang biasa diistilahkan dengan bidang cultural universals. …
Buku ini merupakan jilid pertama seri kronik tentang Revolusi Indonesia, 1945-49. Seri ini di rancang untuk meliput semua peristiwa yang “menjadi berita” pada lima tahun pertama Indonesia merdeka. Itu berarti tidak hanya peristiwa politik dan militer, tetapi juga ekonomi, hukum, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, agama, dll., yang biasa diistilahkan dengan bidang cultural universal…
Buku ini merupakan jilid pertama seri kronik tentang Revolusi Indonesia, 1945-49. Seri ini di rancang untuk meliput semua peristiwa yang “menjadi berita” pada lima tahun pertama Indonesia merdeka. Itu berarti tidak hanya peristiwa politik dan militer, tetapi juga ekonomi, hukum, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, agama, dll., yang biasa diistilahkan dengan bidang cultural universal…
"Kalau Pollok mengandung. tubuhmu nanti berubah dan jelek. Pollok tidak bisa lagi menjadi model. Biarlah. kita tidak usah punya anak. Kita serahkan hidup kita buat seni. Kau mengerti, Pollok?” Memang aku mengerti. Tapi mengerti tidak sama dengan menerima bukan? Apakah tubuh wanitaku ini hanya buat seni? Tidak buat anak, makhluk kecil tercinta? Oh, Dewata! Segala kemuliaan yang datang melingka…
Ditulis di tengah suasana peperangan besar Surabaya 1945, buku ini barangkali merupakan karya Tan Malaka yang paling imajinatif. Brosur ekonomi-politik yang dituturkan dalam gaya naskah drama, percakapan antara kelima tokoh yang oleh Tan Malaka dijuluki “para pendakwa modern”, yakni: Godam (wakil kaum buruh), Pacul (wakil kaum tani), Denmas (wakil priyayi), Toke (wakil kelas pedagang), Mr. …
Melalui gambarnya yang begitu heroik, Bung Tomo menjadi sosok yang paling dikenang orang saat bangsa ini memperingati Hari Pahlawan, setiap 10 November. Di depan mikrofon, Bung Tomo nampak berdiri tegak begitu bersemangat mengangkat telunjuk. Buku ini, bukan hanya menjelaskan siapakah Bung Tomo, pidatonya, keluarganya, pekerjaannya, dan kisah perjuangannya, melainkan juga menggambarkan situa…