PERPUSTAKAAN INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO

NPP: 5307042F0000001 | Diligite Lumen Sapientiae

  • Beranda
  • Informasi
  • Berita
  • Bantuan
  • Visitor
  • Pustakawan
  • Area Anggota
  • Pilih Bahasa :
    Bahasa Arab Bahasa Bengal Bahasa Brazil Portugis Bahasa Inggris Bahasa Spanyol Bahasa Jerman Bahasa Indonesia Bahasa Jepang Bahasa Melayu Bahasa Persia Bahasa Rusia Bahasa Thailand Bahasa Turki Bahasa Urdu

Pencarian berdasarkan :

SEMUA Pengarang Subjek ISBN/ISSN Pencarian Spesifik

Pencarian terakhir:

{{tmpObj[k].text}}
No image available for this title
Penanda Bagikan

Text

Tinjauan Kritis Lirik-Lirik Lagu Iwan Fals dari Perspektif Hermeneutika Hans-Georg Gadamer

DON, Rischy Oktovianus - Nama Orang;

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dua lirik lagu karya Iwan Fals melalui empat variabel hermeneutika Gadamer yaitu prasangka sebagai syarat pemahaman, kesadaran menyejarah yang efektif, dialektika dan bahasa. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan analitis kritis melalui studi kepustakaan. Metode deskriptif kualitatif dipakai untuk menjabarkan fakta-fakta historis dan data-data yang relevan dengan lirik-lirik lagu karya Iwan Fals. Lalu pendekatan analitis kritis yang dimaksudkan adalah memakai keempat variabel dalam hermeneutika Hans-Georg Gadamer untuk meninjau makna lirik-lirik lagu karya Iwan Fals. Referensi primer dalam penelitian ini adalah kata, frasa, dan kalimat yang terdapat dalam lirik-lirik lagu karya Iwan Fals. Referensi sekunder diambil dari penelitian-penelitian terdahulu, baik berupa studi ilmiah, dan data-data sejarah yang relevan dengan wacana lirik-lirik lagu karya Iwan Fals. Selain itu data penelitian diperoleh juga dari tulisan-tulisan pada buku, jurnal ilmiah, surat kabar, dan internet yang berkaitan dengan fokus penelitian. Pada masa Gadamer, diskursus tentang Hermeneutika bergeser dari lapisan epistemologis dan metodologis ke level ontologis. Hal ini berarti ada pergeseran dari studi tentang teks kepada penafsiran eksistensi manusia sebagai entitas temporal-historis. Karena itu wacana objektifikasi dan metodologis ilmu pengetahuan tentang manusia tidak berlaku bagi Gadamer. Basis hermeneutika Gadamer bercorak produktif jika dibandingkan dengan wacana hermeneutik beberapa pendahulunya yang berciri hermeneutik reproduktif. Gadamer merehabilitasi tiga konsep klasik yakni prasangka, otoritas dan tradisi. Suatu interpretasi pada hakikatnya tidak terlepas dan melekat dengan tiga prinsip itu. Secara sederhana, tiga paradigma tersebut merupakan fenomena primer dan primordial yang melatarbelakangi suatu pemahaman. Kemudian dalam proses pemahaman dan penafsiran sejarah (karya-karya yang bersejarah), selalu ditandai adanya peleburan horizon-horizon masa lampau dan masa kini, sekaligus sebuah proyeksi terhadap (potensi) masa depan. Itulah paradigma tentang kesadaran sejarah yang efektif. Instrumen berikut yang dipakai Gadamer dalam filsafatnya yakni dialektika dan bahasa. Dengan prinsip dialektika sebagai syarat fundamental bagi tercapainya pemahaman dan pengertian, serupa juga dengan justifikasi prasangka-prasangka dan fusi horizon-horizon. Dan yang terakhir, konsep bahasa yakni sebuah media universal yang mampu mewakili dialog pengalaman sebagai bertanya dan menjawab. Atau praksisnya dikatakan bahasa sebagai media sebuah pengalaman hermeneutik. Salah satu maestro musik di Indonesia yang fenomenal dan masih produktif dengan musik balada-nya ialah Iwan Fals. Musisi yang merintis karirnya dari “panggung pengamen jalanan” itu khas “berseloroh” tentang realitas sosial. Baik kenyataan dalam konteks nasional dan internasional maupun juga pengalaman privat yang ia alami. Karakter musik yang sangat menonjol dari Iwan Fals yakni muatan lirik-lirik lagu yang sarat kritik sosial. Masa kejayaan rezim Soeharto yang korup dan represif menjadi latar belakang dari maraknya karya-karya Iwan Fals. Komposisi musiknya digarap untuk menyalurkan suara golongan “akar rumput” dan sebagai alat perlawanan terhadap rezim yang tiran saat itu. Dua buah lagunya yang termasyhur ialah Galang Rambu Anarki dan Surat Buat Wakil Rakyat. Dengan minat untuk meninjau cerita sejarah dan kekayaan makna pada dua lirik lagu tersebut, penulis memakai empat variabel dalam Hermeneutika Hans-Georg Gadamer sebagai indikator analisis. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa lirik lagu Galang Rambu Anarki dan Surat Buat Wakil Rakyat sangat signifikan ditinjau dari empat variabel Hermeneutika Hans-Georg Gadamer. Pertama, alasannya karena melalui konsep prasangka sebagai syarat pemahaman dapat ditemukan intensi dasar, maksud pertama dan harapan yang hendak disampaikan pengarang dalam kedua lirik lagunya. Kedua, melalui konsep kesadaran sejarah yang efektif, dapat ditinjau sejarah teks saat diciptakan dan juga horizon sejarah masa kini, sekaligus sebagai pijakan dan proyeksi (masa depan). Ketiga, dengan konsep dialektika sanggup dianalisis ketepatan pesan yang hendak disampaikan dan dikomunikasikan pengarang teks kepada khalayak umum, serta merujuk pada teks. Keempat, melalui variabel bahasa muatan makna yang disampaikan pengarang dapat semakin jelas diurai dan dapat diketahui lewat genre teks serta kesadaran kolektif yang hendak dibangun.


Ketersediaan
#
PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 (23) SKRIPSI 4280
3034442201
Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak Dipinjamkan
Informasi Detail
Judul Seri
-
No. Panggil
SKRIPSI 4280
Penerbit
Ledalero-Maumere : IFTK Ledalero., 2023
Deskripsi Fisik
xv + 95 hlm.; 29 cm.
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
780
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
-
Subjek
MusiK
Lirik Lagu
Info Detail Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
Rischy Oktovianus Don
Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain

Lampiran Berkas
Tidak Ada Data
Komentar

Anda harus masuk sebelum memberikan komentar

PERPUSTAKAAN INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO
  • Login Pustakawan
  • Informasi
  • Layanan
  • Pustakawan
  • Area Anggota
Visitor Perpustakaan IFTK Ledalero Flag Counter

Tentang Kami

Perpustakaan Ledalero merupakan salah satu unit kerja dalam lingkup Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero yang bertugas untuk menyediakan pelbagai jenis koleksi dalam rangka mendukung kegiatan perkuliahan di IFTK Ledalero.Perpustakaan Ledalero didirikan oleh Pater Adrian Vlooswijk, SVD pada tanggal 20 Mei 1937. Nama Perpustakaan Ledalero, diambil dari nama Perpustakaan Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero. Pemilik Perpustakaan ini ialah Seminari Tinggi Santo Paulus, Ledalero. Seminari Tinggi ini adalah Lembaga Pendidikan Calon Imam Pribumi dan dikelolah oleh Tarekat Societas Verbi Divini (SVD), atau Serikat Sabda Allah, sebuah Tarekat misioner internasional. Sejak berdirinya Seminari Tinggi ini pada tahun 1937, Perpustakaan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari karya pendidikan calon imam di Seminari Tinggi ini yang sesungguhnya merupakan satu Pendidikan Perguruan Tinggi.

Cari

masukkan satu atau lebih kata kunci dari judul, pengarang, atau subjek

Donasi untuk SLiMS Kontribusi untuk SLiMS?

© 2025 — Senayan Developer Community & TIM IT IFTK LEDALERO

Ditenagai oleh SLiMS & Criswanto Tapo
Pilih subjek yang menarik bagi Anda
  • Karya Umum
  • Filsafat
  • Agama
  • Ilmu-ilmu Sosial
  • Bahasa
  • Ilmu-ilmu Murni
  • Ilmu-ilmu Terapan
  • Kesenian, Hiburan, dan Olahraga
  • Kesusastraan
  • Geografi dan Sejarah
Icons made by Freepik from www.flaticon.com
Pencarian Spesifik
Kemana ingin Anda bagikan?