PERPUSTAKAAN INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO

NPP: 5307042F0000001 | Diligite Lumen Sapientiae

  • Beranda
  • Informasi
  • Berita
  • Bantuan
  • Visitor
  • Pustakawan
  • Area Anggota
  • Pilih Bahasa :
    Bahasa Arab Bahasa Bengal Bahasa Brazil Portugis Bahasa Inggris Bahasa Spanyol Bahasa Jerman Bahasa Indonesia Bahasa Jepang Bahasa Melayu Bahasa Persia Bahasa Rusia Bahasa Thailand Bahasa Turki Bahasa Urdu

Pencarian berdasarkan :

SEMUA Pengarang Subjek ISBN/ISSN Pencarian Spesifik

Pencarian terakhir:

{{tmpObj[k].text}}
Image of Filsafat Anti-Korupsi: Membedah Hasrat Kuasa, Pemburuan Kenikmatan, dan Sisi Hewani Manusia di Balik Korupsi
Penanda Bagikan

Text

Filsafat Anti-Korupsi: Membedah Hasrat Kuasa, Pemburuan Kenikmatan, dan Sisi Hewani Manusia di Balik Korupsi

WATTIMENA, Reza A. A. - Nama Orang;

Filsafat Anti Korupsi: Membedah Hasrat Kuasa, Perburuan Kenikmatan, dan Sisi Hewani Manusia di Balik Korupsi
Penulis: Reza A.A. Wattimena
Penerbit: Kanisius, 2012
Tebal: 208 halaman

Korupsi dan perilaku korup tidak saja karena sistem pemerintahan buruk. Banalitas korupsi turut dipengaruhi libido, hasrat manusia. Kuasa manusia didorong kenikmatan semu menjerumuskannya ke dalam kubangan pengkhianatan dan penyalahgunaan kekuasaan. Korupsi pun dianggap wajar.

Friedrich Nietzsche, filsuf Jerman, berpendapat bahwa manusia dan alam semesta didorong oleh suatu kekuatan purba yakni, kehendak untuk berkuasa, dan dorongan berkuasa membutakan segalanya. Buku ini meneropong sisi kelam pada diri manusia hingga ia menjerumuskan tubuh dalam korupsi.

Reza Wattimena memandang, korupsi atau tindakan korup berawal pada kehendak pribadi seseorang. Manusia tak bisa mengendalikan dorongan kuasa untuk mendapat sesuatu. Diri seseorang dipenuhi perburuan hasrat dan kuasa. Sisi hewani manusia menjadi dominan dalam ritus korupsi.

Apa pun cara ditempuh demi memenuhi kebutuhan hewani yang menguasainya. Pengingkaran atas kepercayaan yang diberikan menjadi biasa. Kekuasaan diselewengkan untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Penindasan dan hegemoni kekuasaan legal, meski orang lain merasakan derita. Nurani kemanusiaan diabaikan. Etika sosial, nilai-nilai moral, dan norma hukum ditabrak dalam batas-batas tak wajar.

Dalam konteks itu, benar kata Aristoteles, korupsi identik dengan dua hal, yakni kematian dan dekadensi moral yang disamakannya dengan hedonisme, yakni hidup yang tujuan utamanya adalah mencari nikmat badaniah semata. Orang yang melakukan korupsi akan mengalami sensasi luar biasa akibat kehendak pribadi terpenuhi. Kenikmatan dunia ia rasakan dari harta jarahan.

Di dalam buku ini, Reza menjabarkan beberapa hal yang menjadi sisi gelap manusia hingga ia melakukan korupsi. Ada hasrat berkuasa yang bercokol di dalam dirinya, ada pula nafsu untuk meraup kenikmatan, sisi hewani yang tak tertata, kemalasan dan ketidakberpikiran manusia, dan kekosongan jiwa manusia.

Dari lima sisi gelap itu, kita bisa melihat bagaimana kejahatan menorehkan jejaknya dalam sejarah manusia, dan akhirnya berubah menjadi kejahatan sistemik yang mengakar begitu dalam dan begitu luas dalam masyarakat.

Korupsi telah menggurita dalam kehidupan masyarakat, tak terkecuali di negeri kita. Segala sendi kehidupan ada benalu korupsi di dalamnya. Birokrasi pemerintahan dari pusat hingga daerah marak tikus-tikus berdasi meraup keuntungan uang haram. Mereka lebih takut tak punya uang, dan mereka gelisah jika tak mampu membeli kenikmatan semu yang tersaji.

Republik ini rusak akibat ulah koruptor dan kebiasaan korup masyarakat. Suap-menyuap, ketidakjujuran, dan kekuasaan disalahgunakan menjadi berita yang lumrah kita temukan. Media mengekspose kabar perilaku korup aparat pemerintah, elite parpol, pejabat negara --dari yang pribadi hingga "korupsi berjamaah".

Hasrat hewani begitu kuat mendedah, utamanya pejabat pemerintah yang duduk di kursi empuk kekuasaan. Mereka memiliki kesempatan besar meraih kebahagian dengan kuasa yang digenggam. Mereka dapat melakukan apa saja di atas kenikmatan kekuasaan. Mentalitas menerabas, meminjam istilah Koentodiningrat, yang berujung pada perbuatan korup mendedah penguasa.

Karya Reza ini dengan cerdas membidik hal lain fenomena korupsi ataupun budaya korup masyarakat. Kasus korupsi tak saja menyangkut sistem birokrasi bobrok yang membuka peluang terjadinya praktek korupsi aparat, bukan pula karena produk hukum lemah menindak koruptor, melainkan juga faktor "kedirian" seseorang ternyata juga mempengaruhi ia bertindak culas (baca: korup).

Manusia ditempatkan sebagai subjek aktif pelaku korupsi. Buku yang mengajak kita mengenali latar belakang seseorang atau kelompok melakukan tindakan korup. Mengetahui dorongan hewani yang menguasi manusia lalu melampaui kehendak yang tak wajar itu adalah tujuan penting penulisan buku ini.


Ketersediaan
#
PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 351.9 WAT f C-1
1006725101
Tersedia namun tidak untuk dipinjamkan - Tidak Dipinjamkan
#
PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 351.9 WAT f
1006726102
Tersedia
#
PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 351.9 WAT f
1006727103
Tersedia
#
PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 351.9 WAT f
1006728104
Tersedia
#
PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 351.9 WAT f
1006729105
Tersedia
#
PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 351.9 WAT f
1006730106
Tersedia
#
PERPUSTAKAAN KAMPUS 1 351.9 WAT f
1006731107
Tersedia
Informasi Detail
Judul Seri
-
No. Panggil
351.9 WAT f
Penerbit
Yogyakarta : Kanisius., 2012
Deskripsi Fisik
208 hlm.; 20 cm.
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
9789792133622
Klasifikasi
351.9
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
Cetakan ke-1
Subjek
-
Info Detail Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab
Reza A. A. Wattimena
Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain

Lampiran Berkas
Tidak Ada Data
Komentar

Anda harus masuk sebelum memberikan komentar

PERPUSTAKAAN INSTITUT FILSAFAT DAN TEKNOLOGI KREATIF LEDALERO
  • Login Pustakawan
  • Informasi
  • Layanan
  • Pustakawan
  • Area Anggota
Visitor Perpustakaan IFTK Ledalero Flag Counter

Tentang Kami

Perpustakaan Ledalero merupakan salah satu unit kerja dalam lingkup Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero yang bertugas untuk menyediakan pelbagai jenis koleksi dalam rangka mendukung kegiatan perkuliahan di IFTK Ledalero.Perpustakaan Ledalero didirikan oleh Pater Adrian Vlooswijk, SVD pada tanggal 20 Mei 1937. Nama Perpustakaan Ledalero, diambil dari nama Perpustakaan Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero. Pemilik Perpustakaan ini ialah Seminari Tinggi Santo Paulus, Ledalero. Seminari Tinggi ini adalah Lembaga Pendidikan Calon Imam Pribumi dan dikelolah oleh Tarekat Societas Verbi Divini (SVD), atau Serikat Sabda Allah, sebuah Tarekat misioner internasional. Sejak berdirinya Seminari Tinggi ini pada tahun 1937, Perpustakaan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari karya pendidikan calon imam di Seminari Tinggi ini yang sesungguhnya merupakan satu Pendidikan Perguruan Tinggi.

Cari

masukkan satu atau lebih kata kunci dari judul, pengarang, atau subjek

Donasi untuk SLiMS Kontribusi untuk SLiMS?

© 2025 — Senayan Developer Community & TIM IT IFTK LEDALERO

Ditenagai oleh SLiMS & Criswanto Tapo
Pilih subjek yang menarik bagi Anda
  • Karya Umum
  • Filsafat
  • Agama
  • Ilmu-ilmu Sosial
  • Bahasa
  • Ilmu-ilmu Murni
  • Ilmu-ilmu Terapan
  • Kesenian, Hiburan, dan Olahraga
  • Kesusastraan
  • Geografi dan Sejarah
Icons made by Freepik from www.flaticon.com
Pencarian Spesifik
Kemana ingin Anda bagikan?