Text
Kekerasan Dalam Perspektif Pesantren
Sudah menjadi semacam sunnatullah, setiap orang atau kelompok kecil yang "berani" tampil melakukan koreksi terhadap keadaan menyimpang baik yang berbentuk tata hubungan antara makhluk dan khaliknya maupun antar manusia - tentu mengalami perlakuan "keras" dari yang dikoreksi. Kekerasan seperti ini tidak saja dialami oleh Nabi Isa dan Nabi Yahya serta rasul-rasul Allah yang lain, tetapi juga pengalaman nyata kita semua. Tak jarang kita mengalami kekerasan karena mengkritik, atau menunjukkan jalan kebenaran kepada penguasa yang otoriter.
Sangat boleh jadi, ada bentuk kekerasan yang dilarang dan ada yang diizinkan. Dua bentuk kekerasan ini dapat terjadi, tergantung dari mana memandangnya, dari cara pendekatan dan kacamata apa yang dipakai, serta apa tujuan kekerasan itu sendiri. Lalu bagaimanakah pesantren memandang kekerasan, baik kekerasan yang dilakukan negara maupun kekerasan yang dilakukan penguasa? Buku ini memberikan jawabannya secara terperinci.
Tidak tersedia versi lain