Text
Berdiri Di Ambang Batas: Pergumulan Seputar Iman dan Budaya
Relfeksi-refleksi dalam buku ini menyangkut hal ihwal keberalihan melintas tapal batas sosial, agama dan budaya. Tapal batas membingkai jati diri sekelompok masyarakat. Ia bisa berperan sebagai penghalang atau penghubung. Penghalang yang membeda-bedakan serta memisah-asingkan kelompoknya dari kelompok-kelompok lain, atau sebaliknya menjadi penghubung yang mengundang ‘yang lain’ untuk melintasinya, untuk datang dan mengalami horizon baru, menambah pengetahuan serta memperluas lingkup persahabatannya.
Pewarta lintas budaya mesti pertama-tama menghargai dan memajukan jati diri khas dari ‘yang lain’ itu. Perbedaan tidak boleh dihapus begitu saja dan juga tidak boleh dibekukan atau diabsolutkan. Pewarta lintas budaya mesti membuka diri pada tapal-tapal baru untuk memajukan sebuah peradaban baru, peradaban cinta. Dengan demikian jati diri lama dari kedua belah pihak melebur dalam sebuah identitas baru, identitas yang ditumbuh-kembangkan bersama. Kita sama-sama menjadi manusia lintas budaya seturut citra Allah Tritunggal.
Tidak tersedia versi lain