Dalam delapan belas bab buku ini Dr. Franz Magnis-Suseno membahas masalah-masalah metode, legitimasi, hukum dan negara, positivisme hukum, hak asasi manusia dan kebebasan suara hati, wewenang nagara dan batas-batasnya, demokrasi, tanggung jawab sosial negara, hal ideologi, bersamaan dengan fikiran tokoh-tokoh filsafat politik seperti Aquinas, Hobbes, Locke, Rousseau, Hegel, dan Marx. Buku ini a…
“Minimal sekarang, 50 tahun kemudian. Kita seharusnya berani berhenti berbohong. Berani mengakui bahwa selama 50 tahun kita dibohongi. Dari kita betul-betul dituntut kebesaran hati untuk mengakui bahwa reaksi pasca-G30S sama sekali ke luar rel. itu tuntutan keadilan paling dasar. Kalau akhirnya kita berani mengakui kengerian palanggaran hak-hak asasi mereka yang dicap “terlibat” sesudah G…
Buku ini secara aktual hadir di tengah era matinya kotisisme” akibat berkembangnya “post truth”, politisasi identitas, populisme, dan radikalisme yang menggiring masyarakat menjadi masyarakat tertutup, hanyut dalam eutonia kontestasi identitas yang saling menegasi satu sama lainnya. Menjaga dan mengasah nallar kritis di tengah situasi semacam ini tentunya merupakan tantangan yang tida…
Buku ini, menyandang gelar "Winner of the American Political Science Association's Gladys M. Kammerer Award for the best political science of US national policy", mengmbil latar belakang Amerika sebagai contoh-contoh
"... Semaraknya intrik politik untuk menjegal orang, atau partai lain, membuat saya berpikir bahwa kita tak kunjung belajar dari kepahitan demi kepahitan yang pernah terjadi. Kekuatan suatu pihak membuatnya lupa membangun kebersamaan dengan pihak lain. Kita mungkin tak memiliki karma, bangsawan yang terbuang tetapi tetap satria, tetap tak bias dibutakan oleh kemakmuran duniawi. Kita mungkin Dur…
Dalam buku ini disajikan dasar-dasar berpolitik secara sehat dan bertanggung jawab. Ditegaskan bahwa berpolitik termasuk pergumulan kasih kepada sesama. Hal ini penting karena selama ini politik sudah terlalu sering dijadikan ajang homo homini lupus, serigala bagi sesama. Oleh karena itu, politik membutuhkan etos dan moralitas yang mantap, yang sebanding dengan tujuannya yang luhur.