Bu, aku berusaha tidak hancur dihantam hidup meski sesekali rasanya hampir redup. Aku terus melawan pada dunia ini meski banyak tangis yang kusimpan sendiri. Meski dalam malam yang sepi aku mengeluh padamu lagi. Maaf untuk hal-hal yang masih gagal. Untuk pertarungan-pertarungan yang belum aku menangkan. Untuk semua kekalahan yang kadang datang berulang. Aku hanya ingin terus hidup, Bu. Aku hany…
“Berbuatlah sedikit dosa, Jamal,” kata Sato Reang kepada satu kawan sekelasnya. Jamal anak yang saleh, selalu sembahyang lima kali sehari, juga rajin mengaji. “Pahalamu sudah banyak. Bertumpuk-tumpuk. Tak akan habis dikurangi timbangan dosamu.” Ini kisah Sato Reang. Kadang ia demikian intim dengan dirinya, sehingga ini merupakan cerita tentang aku, tapi kali lain ia tercerabut, dan ini …
Jakarta kerap menjadi pelabuhan bagi mereka yang datang membawa sekoper harapan. Mereka yang siap bertaruh dengan nasibnya sendiri-sendiri. Namun, kota ini selalu mampu melumat habis harapan dan menukarnya dengan keputusasaan. Pemulung, pengamen, pramuria yang menjajakan tubuh agar anaknya bisa makan, pemimpin-pemimpin kecil yang culas, lelaki tua di balik kostum badut ayam, pencuri motor yang …
Mendatangi lokasi kejadian, di perkampungan yang padat, mengusik pikiranku, betapa “senyapnya” kejadian sehingga tidak seorang pun mendengar apa-apa yang terjadi di kamar korban. Padahal, di lantai dua ada sedikitnya 10 kamar, yang kalau seseorang menaiki anak tangga, maka orang yang berada di kamar-kamar itu, kemungkinan besar akan mendengar detak langkahnya. Tidak adakah sama sekali varia…
Buku ini semula merupakan naskah hasil penataran sastra tahun 1978. Naskah ini diterbitkan dengan dana Proyek Pengembangan Bahasa dan sastra Indonesia. Dalam rangka penyediaan sarana kerja dan buku acuan bagi mahasiswa, dosen, guru, tenaga peneliti, dan masyarakat umum, naskah-naskah hasil proyek Pengembangan bahasa dan sastra ini diterbitkan.
Dalam buku ini, penulis membicarakan Angkatan 45 dan kepeloporan Chairil Anwar secara khusus. Dibahas juga karya-karya Rivai Apin, Idrus, Pramoedya Ananta Toer, Utuy T. Sontani, S. Rukiah, Waluyati, Achdiat K. Mihardja, Mochtar Lubis, dan M. Balfas.
Buku ini dianjurkan bagi pembaca yang ingin mengetahui dan mempelajari karya pengarang-pengarang Indonesia yang giat pada tahun 50-an. Buku ini juga bicara soal karya-karya Muhammad Ali, Ajip Rosidi, Toto Sudarto Bachtiar, Alex Leo, A. A. Navis, Nh. Dini, Toha Mohtar, Trisnoyuwono, dan Riyono Pratikto. Dalam buku ini, penulis membantah bahwa tak ada krisis dalam kesusasteraan Indonesia Modern.
Ruang kebudayaan dalam surat kabar dan majalah ternyata sudah ada di Indonesia pada awal abad ke-20, bersamaan dengan tumbuhnya kesusasteraan Indonesia modern. Demikian dinyatakan Penulis. Buku ini juga membahas peranan majalan Kisah dan Sastra yang pernah mewarnai kesusasteraan Indonesia, serta dibicarakan pula karya Nugroho Notosusanto, Kirjomulyo, Bokor Husasuhut, Soewardi Idris, Titie Said,…
MENGAPA Mas Marco Kartodikromo menetang pemerintah kolonial? Apa tujuan Shamsuddin Salleh menulis roman spionase? Mengapa Tahar Ben Jelloun meminjam plot novel Pramodya Ananta Toer? Kenapa Praamoedya Ananta Toer tidak dianugerahi Hadiah Nobel? Apa idam-idaman para eksil Indonesia pasca peristiwa 1965? Buku ini menyoroti sejumlah pertanyaan seputar sastra Indonesia modern serta membahas beber…